
Aceh Utara — Hari-hari berlalu, tetapi derita belum pergi. Di tengah sorotan media yang mulai redup, kondisi masyarakat terdampak bencana di Aceh Utara masih memprihatinkan dan jauh dari kata pulih. Inilah fakta yang disaksikan langsung oleh Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Sulawesi Tenggara, Roy Riswon, Langsung dari Langkaan, Kecamatan paling ujung di Aceh Utara.
Rumah-rumah warga masih berdiri dalam kondisi rusak berat, sebagian hanya tersisa rangka kayu dan atap seng yang bolong. Lumpur mengering di lantai, menyimpan bau lembap yang menyengat. Anak-anak bermain di antara puing-puing, sementara orang tua mereka berjuang menahan lelah dan putus asa. Di Langkaan, banjir bahkan menyentuh lantai dua rumah warga.
“Kami tidak hanya melihat kerusakan fisik, tapi juga kelelahan mental masyarakat. Mereka bertahan, bukan karena kuat, tetapi karena tidak punya pilihan lain. Di salah satu pesantren tempat bernaung 2000-an santri misalnya, tak ada harta benda yang bisa pihak pesantren selamatkan” ungkap Roy dengan suara tertahan.
Distribusi bantuan masih menjadi tantangan besar. Bantuan Datang, Tapi Belum Cukup. Akses jalan rusak, cuaca tidak menentu, dan keterbatasan logistik membuat proses pemulihan berjalan lambat. Di beberapa titik, warga masih mengandalkan bantuan darurat untuk kebutuhan paling dasar: air bersih, makanan, dan layanan kesehatan.
Ironisnya, sebagian masyarakat mengaku mulai merasa “dilupakan”.
“Awalnya banyak yang datang, sekarang mulai sepi. Padahal kami masih tinggal di tenda, masih trauma,” tutur seorang warga Aceh Utara dengan mata berkaca-kaca.
Relawan PMI SULTRA terus bergerak: mendistribusikan bantuan, memberikan layanan pertolongan pertama, dukungan psikososial, hingga memastikan kelompok rentan—anak-anak, lansia, dan ibu hamil—tidak terabaikan. Namun di lapangan, satu kenyataan tak bisa disangkal: relawan tidak bisa bekerja sendirian.
“Solidaritas tidak boleh musiman. Bencana bukan hanya soal hari ini, tapi tentang bagaimana negara dan masyarakat hadir sampai benar-benar pulih,” tegas Roy.
PMI SULTRA mengajak semua pihak—pemerintah, lembaga kemanusiaan, dunia usaha, dan masyarakat luas—untuk tidak menutup mata. Aceh Utara masih membutuhkan perhatian serius, dukungan berkelanjutan, dan kebijakan yang berpihak pada pemulihan jangka panjang. Karena di balik angka kerusakan dan laporan administratif, ada manusia yang masih berjuang bertahan hidup.
“Bencana mungkin sudah berlalu di berita, tetapi bagi mereka yang terdampak, bencana itu masih terjadi setiap hari. Jangan Biarkan Aceh Utara Berjuang Sendiri”, Tutup Roy
__HUMAS PMI SULTRA__








